Liputan6.com, Semarang – Pengusaha mebel di Jawa Tengah (Jateng) mulai intensif menggarap pasar Asia untuk ekspor seiring pertumbuhan ekonomi yang lesu di Amerika Serikat dan Eropa.

Menurut ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO) Jawa Tengah, Erie Sasmito, langkah itu dilakukan sambil menunggu pemulihan ekonomi dunia selain untuk ekspansi pasar.

“Kami berharap pasar mebel tahun ini terus tumbuh seiring dengan pemulihan ekonomi dunia,” kata Erie Sasmito, saat menggelar sosialisasi International Furniture & Craft Fair Indonesia (Iffina) 2015 di Hotel Oak Tree.

Optimisme ASMINDO Jateng didasari faktaindustri mebel dan kerajinan asal Jawa Tengah semakin menguasai pasar Asia, di antaranya Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Tiongkok, dan Korea. Produk yang diminati berupa ukiran dan kerajinan kayu yang sesuai dengan selera etnis.
“Misalnya di Shanghai, meja berukir laku sekali. Bahkan konsumen di sana bersedia membeli dengan harga tinggi asal desainnya spesifik,’’ kata Erie.

Sementara itu, menurut Achmad Umar Andi Susilo, pemilik Rashid Furniture, pihaknya saat ini serius menggarap pasar Timur Tengah. Sebelumnya ia banyak mengerjakan pesanan dari Kanada dan Amerika Latin. Namun dalam setahun terakhir, order dari benua Amerika tersebut terus menurun.

“Pasar Timur Tengah sangat menyukai mebel dan kerajinan kayu yang berasal dari Jawa Tengah. Khususnya dari daerah Jepara, Solo, Klaten, Kudus, Purwokerto, dan Magelang. Jadi desain kami mengacu pada tren di sana,” kata Umar Andi, Minggu ( 28/9/2014).

Selain pasar mancanegara, industri mebel Jateng tak mengabaikan domestik. Kelas menengah dinilai sangat potensial. (Edhi P.I/Ahm)

Sebelumnya kayu-kayu yang akan dibuat mebel ini ditimbang terlebih dahulu menggunakan Timbangan Lantai Digital yang memudahkan para pekerja untuk menimbang kayu-kayu tersebut. Dengan menggunakan timbangan ini para pekerja lebih efisien dalam menimbang berat dari kayu yang akan dijadikan mebel.